BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Jika kita
berbicara tentang persalinan sudah pasti berhubungan dengan perdarahan, karena
semua persalinan baik pervaginam ataupun perabdominal (sectio cesarea) selalu disertai perdarahan. Reformasi
di bidang kesehatan merupakan visi Indonesia Sehat 2025. Tiga pilar utama yang
harus dikembangkan untuk mencapai
visi tersebut yaitu kemajuan secara bersama dalam bidang kesehatan, pendidikan dan kualitas sumber daya
manusia. Kemajuan dalam bidang kesehatan salah satunya dengan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia AKI
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2012).6
Upaya pemerintah yang telah dilakukan untu
penurunan AKI adalah adanya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) dengan tujuan meningkatkan cakupan mutu pelayanan kesehatan
melalui peran serta aktif keluarga dan masyarakat dalam deteksi dini komplikasi
guna mencapai persalinan aman dan pencegahan komplikasi persalinan. Upaya
lainnya adalah peningkatan akses pelayanan persalinan yang berkualitas dengan
penolong tenaga kesehatan sehingga penanganan komplikasi mudah dan cepat
tertangani (Depkes, 2011).6
Perdarahan
postpartum merupakan penyebab tersering dari keseluruhan kematian akibat perdarahan
obstetrik. Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah
partus (melahirkan), perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir pada
persalinan per vaginam dan melebihi 1000 ml pada seksio sesarea, atau
perdarahan yang lebih dari normal dan telah menyebabkan perubahan tanda vital
(pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea,
sistolik < 90 mmHg, nadi> 100x/menit, kadar Hb<8 g%).3
Perdarahan
postpartum diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya yaitu perdarahan
postpartum primer perdarahan apabila terjadi dalam waktu 24 jam setelah
persalinan dan perdarahan postpartum sekunder apabila terjadi dalam waktu lebih
dari 24 jam setelah persalinan. Kematian maternal lebih banyak terjadi dalam 24
jam pertama postpartum yang sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan
darah.3
Penanganan
terbaik perdarahan postpartum adalah pencegahan. Tindakan pencegahan tidak saja
dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak wanita hamil dengan
antenatal care yang baik. Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan
ditemukannya berbagai kelainan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan
dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Kunjungan
pelayanan antenatal bagi ibu hamil paling sedikit 4 kali kunjungan dengan
distribusi sekali pada trimester I, sekali trimester II, dan dua kali pada
trimester III.
Untuk
selanjutnya penulis akan membahas lebih banyak tentang kondisi maternal
neonatal yang beresiko kegawatdaruratan berupa kasus perdarahan postpartum
dalam obstetric.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
RETENSIO
PLASENTA
2.1
Definisi Retensio Plasenta
Retensio
plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu setengah jam
setelah bayi lahir.1 retensio
plasenta memiliki beberapa jenis, yaitu plasenta adhesiva, plasenta akreta,
plasenta inkreta, plasenta perkreta dan plasenta inkarserata.8 pernyebab
retensio plasenta antara lain, yaitu :